Selasa, 21 Februari 2017

Belajar Dari Dan Bareng Anak Muda

Ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese durangkara

artinya ilmu itu bisa dipahami/ dikuasai harus dengan cara, cara pencapaiannya dengan cara kas, artinya kas berusaha keras memperkokoh karakter, kokohnya budi (karakter) akan menjauhkan diri dari watak angkara.


Anak muda kreatif tuh paling asik. Muda usia boleh, muda dalam pemikiran tentunya seru. Ada juga usia muda tapi otak bin kelakuan kolot wekkk gak move on, change lah, nyoba metodologi kerja yg baru buatan sendiri kompilasi karya orang sebelumnya. Open mind asik lah, nyoba hal baru, berkreasi dengan bekal keilmuan di bangku sekolahan, berpraktek sambil tetap menulis teori kali bisa jadi filsuf siapa tahu toh.

12 Nov 16. Pawon Martani Tulung Convention Center.
Martani menemukan mereka atau semesta yg mengirim menjadi mestakung di Warung KaTa Pusur. Siapapun dia dalangnya, tapi kami tidak berdiam diri menunggu wangsit datang sambil semedi dan padusan di tumburan yg memang banyak di daerah Klaten. Usaha di siang hari, berkarya, berjejaring, menghadiri undangan kawans bersilaturahmi menambah panjang besar gerbong rombongan pertemanan dumay dan offline.

11 Des 16. River Tubing Pusur Community.
Pengelolaan sungai yg sudah berjalan selama ini mengandalkan kerja 12 kementrian. Pelibatan publik yg banyak menginspirasi projeker baik di bidang fisik sungai maupun non-fisik, tapi kurang pas karena desain dilakukan di belakang meja, tangan bersih. Sedangkan realitas dan asumsi tidak diperiksa baik. Mencoba dan berlatih adalah jawabannya.

Antara sungai dan pangan sehat = erat. Itu bagi yg mampu membaca dan melihat. Jika belum, mari mencoba bergabung bersama anak muda lainnya. Terimakasih magangers sedunia haha.

Kontak Yusup untuk info magang di WKP. 0813.1780.5953.

Tetaplah muda dan berkarya. 
Ini cuplikan sajak Rendra yg bagus direnungi - merayakan kemudaan anak manusia.

SAJAK ANAK MUDA

Oleh : 
W.S. Rendra

Kita adalah angkatan gagap 
yang diperanakkan oleh angkatan takabur. 
Kita kurang pendidikan resmi 
di dalam hal keadilan, 
karena tidak diajarkan berpolitik, 
dan tidak diajar dasar ilmu hukum
Kita melihat kabur pribadi orang, 
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.

Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus, 
karena tidak diajar filsafat atau logika.

Apakah kita tidak dimaksud 
untuk mengerti itu semua ? 
Apakah kita hanya dipersiapkan 
untuk menjadi alat saja ?

inilah gambaran rata-rata 
pemuda tamatan SLA, 
pemuda menjelang dewasa.

Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan. 
Bukan pertukaran pikiran.

Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan, 
dan bukan ilmu latihan menguraikan.

Dasar keadilan di dalam pergaulan, 
serta pengetahuan akan kelakuan manusia, 
sebagai kelompok atau sebagai pribadi, 
tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.

Kenyataan di dunia menjadi remang-remang. 
Gejala-gejala yang muncul lalu lalang, 
tidak bisa kita hubung-hubungkan. 
Kita marah pada diri sendiri 
Kita sebal terhadap masa depan. 
Lalu akhirnya, 
menikmati masa bodoh dan santai.

Di dalam kegagapan, 
kita hanya bisa membeli dan memakai 
tanpa bisa mencipta. 
Kita tidak bisa memimpin, 
tetapi hanya bisa berkuasa, 
persis seperti bapak-bapak kita.

Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat. 
Di sana anak-anak memang disiapkan 
Untuk menjadi alat dari industri. 
Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti. 
Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa ? 
Kita hanya menjadi alat birokrasi ! 
Dan birokrasi menjadi berlebihan 
tanpa kegunaan menjadi benalu di dahan.

Gelap. Pandanganku gelap. 
Pendidikan tidak memberi pencerahan. 
Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan 
Gelap. Keluh kesahku gelap.
Orang yang hidup di dalam pengangguran.

Apakah yang terjadi di sekitarku ini ? 
Karena tidak bisa kita tafsirkan, 
lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja.

Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini ? 
Apakah ini ? Apakah ini ? 
Ah, di dalam kemabukan, 
wajah berdarah akan terlihat sebagai bulan.

Mengapa harus kita terima hidup begini ? 
Seseorang berhak diberi ijazah dokter, 
dianggap sebagai orang terpelajar, 
tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan. 
Dan bila ada tirani merajalela, 
ia diam tidak bicara, 
kerjanya cuma menyuntik saja.

Bagaimana ? Apakah kita akan terus diam saja. 
Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum 
dianggap sebagi bendera-bendera upacara, 
sementara hukum dikhianati berulang kali.

Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi 
dianggap bunga plastik, 
sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi.

Kita berada di dalam pusaran tatawarna 
yang ajaib dan tidak terbaca. 
Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan. 
Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan. 
Dan bila luput, kita memukul dan mencakar
ke arah udara

Kita adalah angkatan gagap.
Yang diperanakan oleh angkatan kurangajar. 
Daya hidup telah diganti oleh nafsu. 
Pencerahan telah diganti oleh pembatasan. 
Kita adalah angkatan yang berbahaya.

Pejambon, Jakarta, 23 Juni 1977 
Potret Pembangunan dalam Puisi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar